Sebelumnya…………….... aku tak pernah berpikir
tentang Tuhan. Hidupku kelam dan tidak mempunyai tujuan. Tapi Atheis rasanya
bukan karena aku bukannya tidak mempercayainya, aku hanya tidak
mempedulikannya. Jika Atheis berkoar-koar dengan pikiran ‘sok teoritis’nya, aku
hanya melenggang santai dengan bodohnya. Diriku terombang ambing dalam perasaan yang mengambang.
Haha! Katakan saja aku sedang stress sekarang, bahkan mungkin ketingkat
kegilaan. Mengharap sesuatu yang bahkan aku saja tidak tahu apa, ya apalagi
mendapatkannya. Impossible. Jangan katakan aku Hedonis kawan, kehidupan duniaku
semrawutan. Jangan pula berpikiran kalau aku terlalu memikirkan akhirat kah? Hey! Kata akhirat saja tabu untukku, apalagi ‘terlalu
memikirkan’nya.
Oh please….
That’s not my style! Jangan tanyakan apa yang aku lakukan, karena aku juga
tidak mengerti apa yang sedang berputar diotakku kala itu. Mengawang dan Tidur
adalah pilihan mutlak dalam hidupku. Jujur, aku lelah.
Sampai suatu hari, seorang
wanita bercadar yang mungkin iba melihat kehidupan ku yang miris tanpa tujuan.
Wanita bercadar itu memberikanku segelas minuman yang menyejukkan ditengah
siang dengan teriknya yang panjang.
“Assalamu’alaikum” Ucapnya
yang hanya ku balas dengan lirikkan.
“Ukhti mau kemana?”
Lanjutnya lagi tanpa peduli dengan lirikan tak suka orang yang sedang diajaknya
bicara.
Lama aku diam. Wanita
bercadar itu juga diam memperhatikanku mengawang.
“Aku tidak mempunyai
tujuan”
“Semua orang pasti
mempunyai tujuan”
“Tapi aku tidak!” ada
kekosongan dalam nyaring suaraku. Wanita bercadar itu diam, aku tidak bisa
menebak ekspresinya, hanya manik matanya yang memberikankan arti besar yang aku
tidak tau apa jawabannya.
“Mau ikut saya?”
“Kemana?”
“Ikut saja.”
Rangkulan tangannya yang berbalut kain hitam tak bisa ku tolak. Mungkin aku
terlalu lelah untuk sekedar berkata tidak.
Mengawang. Wanita bercadar itu merangkulku sepanjang jalan.
"Hey. Kau ajak aku kemana?"
Wanita bercadar itu melirikku sekilas. Entah apa yang disembunyikannya di balik cadar hitam, senyum manis atau sinis?
"Stop! Kau gila?!" Aku menghempaskan tangan yang dirangkulnya.
"Kita sudah berkali-kali melewati jalan setapak ini!" Aku tak habis pikir, dengan bodohnya aku mengikuti wanita bercadar yang baru aku kenal.
"Cukup! sebenarnya ingin kau bawa kemana aku?" Suaraku melemah.
"Tidak tahu." Jawabnya singkat.
"Akh! Kau tak tahu akan membawaku kemana??!!!" aku tak habis pikir, "Kau membawaku berputar-putar tanpa tujuan, dan kau dengan mudahnya berkata kau tidak tahu?! Bodoh!"
"Sekarang, mengerti?" Wanita bercadar itu balik bertanya tanpa menghiraukan perkataanku.
"Kau gila?" aku tak mengerti.nya
"Mengerti?" Dia bertanya, mengarah pada satu jawaban tapi tak bisa kutangkap dengan cepat.
"Tentang tujuan." Lalu dia berlalu. Meninggalkan yang masih terpaku dengan kilas balik hidupku.
Oh. Dia kah bagian dariku.
"Kawan, Jika kau tak punya tujuan dalam hidup, hanyalah sia-sia semuanya.
Tapi janganlah jadikan Dunia sebagai tujuan hidupmu,
karena masih ada kehidupan akhirat yang kekal abadi."
أملا عريسك
Oh. Dia kah bagian dariku.
"Kawan, Jika kau tak punya tujuan dalam hidup, hanyalah sia-sia semuanya.
Tapi janganlah jadikan Dunia sebagai tujuan hidupmu,
karena masih ada kehidupan akhirat yang kekal abadi."
أملا عريسك
nb: Cerpen ini hanya sebagian kecil
dari kegilaan imajinasi saya yang gak selesai
dan gak detail. jadi harap maklum karena akan
banyak yang gak ngerti.
dari kegilaan imajinasi saya yang gak selesai
dan gak detail. jadi harap maklum karena akan
banyak yang gak ngerti.
love,
Emelia Ariska